Sabtu, 08 November 2014

AKU MENANGIS KARNA AKU TDK TAU SEBENAR NYA

Internet Download Manager 6.18 Build 2 Free Download IDM is software that allows you to increase the speed of a downloading process up to 5 times, resume and schedule downloads. This way, if your process is interrupted for some reason, the program recovers the information and re-starts it from the moment it stopped. This feature is very useful and will help you to save time when an error occurs. This accelerator software makes tasks faster since it features intelligent dynamic file segmentation and multipart downloading technology. Unlike other similar programs,it segments downloaded files during the process. In case the Internet connection is working slowly at that time, this will not affect it. Besides that, it offers support for proxy servers, ftp and http protocols, firewalls, cookies as well as MP3 audio and MPEG video content processing.
 Internet Download Manager 6.18 Build 2 Features The unique features of this accelerator are the following:·    Video grabber: records and downloads audio and video files from popular sites
·    Advanced Browser Integration: support for any version of all popular browsers
·    Automatic antivirus checking: make your files free from virus and trojans
·    Drag and drop links and downloaded files
·    Support many types of proxy servers
·    Categories to automatically organize downloads
·    Speed Acceleration
·    Resume unfinished downloads
·    Customizable interface: you can configure the order, columns, buttons or skins
·    Downloads report: retrieves interrupted downloads
·    Built-in scheduler: you can set it to perform downloads at a certain time, shut down your PC, periodic synchronization of files, etc.
·    Quick update features: it keeps you updated with latest version
·    Trial version can be used for a limited time to try all its features
·    For more information about this tool, feel free to visit the
  Rar Password: www.idmfreedownload.co.in


x

Selasa, 28 Oktober 2014

LATAR BELAKAN PERTUMBUHAN JATI DI PAPUA

PERTUMBUHAN JATI DI PAPUA


JUDULPertumbuhan jati (tectona grandis) Pada Pola Penanaman Agroforestry dan Monokultur di Desa Agenggen Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua.
LATAR BELAKANG MASALAHBerbagai aktivitas manusia seperti penebangan kayu secara legal dan illegal, konversi hutan untuk tujuan lain dan perambahan kawasan menyebabkan hutan Indonesia mengalamai degradasi dan deforestasi. Deforestasi dan degradasi ini menyebabkan produktivitas hutan alam menjadi menurun.Akibatnya produksi kayu dari hutan alam mengalami penurunan.Untuk mengatasi kelangkaan produksi kayu tersebut maka pemerintah Indonesia telah menggalakan pembangunan hutan tanaman secara besar-besaran. Hutan tanaman yang dimaksud adalah Hutan Tanaman Industri (HTI),Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan Hutan Rakyat.Pembangunan hutan tanaman tersebut, selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri kehutanan, juga untuk merehabilitasi lahan kritis dan tidak produktif serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Martin dkk, 2004).Pemerintah Indonesia mentargetkan hingga tahun 2014 dapat dibangun hutan tanaman seluas 9 juta ha untuk menghasilkan kayu sebagai bahan baku industri (Wibowo, 2010).Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan hutan tanaman yaitu pemilihan jenis tanaman (Soekotjo, 2004).Beberapa persyaratan utama pemilihan jenis adalah jenis harus sesuai dengan lahannnya, cepat tumbuh dan tidak menuntut persyaratan tinggi untuk pertumbuhannya (Wibowo, et al., 2010), salah satunya adalah Jabon (Mansur dan Tuheteru, 2010; Krisnawati et al., 2011).jati(tectona grandi) merupakan salah satu jenis unggulan kehutanan yang saat ini lagi dikembangkan secara besar-besaran di Indonesia terutama di Pulau Jawa dan Kalimantan,sulawesi  (Mansur dan Tuheteru, 2010). Penanaman jati dapat dilakukan baik secara monokultur maupun agroforestry. Agroforestry merupakan model penanaman  dengan mengkombinasikan tanaman kehutanan dengan pertanian atau ternak. Tujuan agroforetsry adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan baik dari aspek ekologi, ekonomi maupun budaya (Hairiah dkk, 2002).Selain di daerah Jawa, ternyata penanaman jenis ini juga dikembangkan di wilayah Sulawesi Tenggara. Latar belakang penanaman jati oleh Petani adalah keyakinan atas harga atau nilai pasar jabon dimasa yang akan datang. Saat ini harga kayu jati  per kubik di Kota Kendari mencapai 7,5 juta .Berikut adalah harga kayu jati yang di ambil dari harga rata-ratanya:
  • Harga kayu jati A1 ( diameter 16 – 19 cm) berkisar antara 2,5jt – 2,8 jt per m³
  • Harga kayu jati A2 ( diameter 22,25,28 cm ) berkisar antara 3,4 jt – 3,6 jt per m³
  • Harga kayu jati A3 ( diameter 30 -39 cm ) berkisar antara 5,5 jt – 5,8 jt per m³
  • Harga kayu jati A4 ( diameter 40 – 49 cm ) berkisar antara 7 jt – 7,5 jt per m³
Dengan demikian, memacuh petani untuk menanam jati baik secara monokultur maupun dengan pola agroforestry.PERUMUSAN MASALAHStudi tentang pertumbuhan tanaman jati (tectoana grandis ) di Kalimantan Selatan dan Pulau Jawa telah direview oleh Krisnawati et al., (2011). Hasil review menunjukkan bahwa  perbedaan kualitas tempat tumbuh dan kualitas manajemen silvikultur yang diterapkan turut mempengaruhi pertumbuhan pohon jati   Terkait dengan hal tersebut, maka terdapat dua hal yang menjadi masalah yakni :1) belum ada data atau informasi yang akurat  terkait pertumbuhan jatidi Papua  terkecuali di kabupaten lain. 2) Apakah manajemen silvikultur terkait dengan pola penanaman agroforestry nilam dan monokultur turut mempengaruhi pertumbuhan jati di Provinsi Papua.TUJUANProposal  ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji pertumbuhan tanaman jati(tectona grandis ) pada pola penanaman Monokultur dan Agroforestry Nilam serta mengetahui penguasaan teknik silvikultur jati oleh petani.
LUARAN YANG DIHARAPKAN1.      Diperoleh informasi dan data tentang performa pertumbuhan jati  (tectona grandis) pada pola penanaman yang berbeda.2.      Mengetahui teknik silvikultur tepat pada penanaman jati  (tectona grandis) baik untuk pola tanam agroforestry maupun untuk pola monokultur.KEGUNAANKegunaan dari proposal  ini adalah sebagai bahan masukan bagi petani (pengelola kebun) dan instansi terkait dalam Pembangunan hutan jati  di Sultra secara khusus dan di Indonesia secara umum.TINJAUAN PUSTAKA1.      Jati  (tectonagrandis  )merupakan jenis pohon penghasil kayu yang bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, bisa tumbuh hingga mencapai tinggi 30-40 m. Daunya besar, akan tetapi akan gugur atau rontok di musim kemarau.dikenal dunia dengan nama teak (bhs inggris). Nama ini datang dari kata thekku didalam bhs malayalam, bhs di negara bagian kerala yang ada di india selatan. Nama ilmiah jati yaitu Tectona Grandis L.F.
Pohon Jati bisa tumbuh di tempat dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun serta suhu 27 – 36 °c baik di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Area yang sangat baik untuk perkembangan jati yaitu tanah dengan ph 4. 5 – 7 serta tidak dibanjiri dengan air. Jati mempunyai daun berupa elips yang lebar serta bisa meraih 30 – 60 cm waktu dewasa.
Pohon Jati mempunyai perkembangan yang lambat dengan Germinasi rendah (umumnya kurang dari 50%) yang membuat sistem propagasi dengan alami jadi sulit hingga kurang untuk menutupi permintaan akan kayu jati. Jati umumnya diproduksi dengan konvensional gunakan biji. Walau demikian produksi bibit dengan jumlah besar kurun waktu spesifik jadi terbatas dikarenakan ada susunan luar biji yang keras. Sebagian alternatif sudah dikerjakan untuk menangani susunan ini layaknya merendam biji didalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, dan memberikan asam, basa, atau bakteri. Walau demikian alternatif tersebut tetap belum maksimal untuk membuahkan jati kurun waktu yang cepat serta jumlah yang banyak.
Biasanya, jati yang tengah didalam sistem pembibitan rawan pada sebagian penyakit diantaranya yang dikarenakan oleh Phomopsis sp., Colletotrichum Gloeosporioides, dan Alternaria Sp., Serta Curvularia Sp., Leaf Rust yang dikarenakan oleh Olivea Tectonea, Serta Powdery Mildew yang dikarenakan oleh Uncinula Tectonae. Phomopsis sp. Adalah penginfeksi yang sangat banyak, tercatat 95% bibit terkena infeksi pada th. 1993-1994. Infeksi tersebut berlangsung pada bibit yang berusia 2 – 8 bln.. Cii-ciri dari infeksi ini yaitu ada necrosis berwarna coklat muda pada tepi daun yang lantas dengan bertahap menyebar ke pelepah, infeksi lantas menyebar ke sisi atas daun, petiol, serta ujung batang yang menyebabkan sisi daun dari batang tersebut alami kekeringan. Bila tidak disadari serta tidak dikontrol, infeksi dari Phomopsis Sp. Dapat menyebar hingga ke semua bibit hingga sistem penanaman jati tidak dapat dilaksanakan.
2.      Habitus atau Karakteristik Pohon JatiPohon besar dengan batang yang bulat dan lurus, serta tinggi keseluruhan mampu mencapai 40 m. Batang bebas cabang ( clear bole ) bisa mencapao 18 hingga 20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada juga individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sesaat varian jati blimbing mempunyai batang yang berlekuk atau beralur didalam ; serta jati pring (bahasa jawa, bambu ) terlihat seolah berbuku-buku layaknya bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal didalam alur memanjang batang. Serta kerapkali penduduk indonesia salah mengartikan jati dengan tanaman jabon( antocephalus cadamba ) walau sebenarnya mereka dari type yang tidak sama.Pohon jati (Tectona Grandis sp.) Bisa tumbuh meraksasa sepanjang beberapa ratus th. Dengan ketinggian 40-45 mtr. Serta diameter 1, 8-2, 4 mtr.. Tetapi, pohon jati rata-rata meraih ketinggian 9 hingga 11 meter, dengan diameter 0, 9-1, 5 mtr..
Pohon jati yang mana dianggap baik yaitu pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, serta sedikit cabangnya. Kayu jati paling baik umumnya datang dari pohon yang berusia kian lebihpada 80 th..jarak tanam kayu jati yakni berkisar anatara 2,5- 3m
Daun biasanya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang amat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, lebih kurang 60-70 cm × 80-100 cm ; namun pada pohon tua berkurang jadi lebih kurang 15 × 20 cm. Berbulu halus serta memiliki rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan serta mengeluarkan getah berwarna merah darah jika diremas. Ranting yang muda berpenampang sisi empat, serta berbonggol di buku-bukunya.
Bunga majemuk terdapat didalam malai besar, 40 cm × 40 cm atau semakin besar, diisi beberapa ratus kuntum bunga tersusun didalam anak payung menggarpu serta terdapat di ujung ranting ; jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6 hingga 7 buah, warnanya agak keputih-putihan, dan berukuran sekitar 8 mm. Berumah satu.
Buah berupa bulat agak gepeng, 0, 5 – 2, 5 cm, memiliki rambut kasar dengan inti tidak tipis, berbiji 2-4, namun biasanya cuma satu yang akan tumbuh. Buah akan tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang bentuknya melembung seperti balon kecil. Nilai rf yang dimiliki oleh daun jati yaitu sebesar 0, 58-0, 63.( www.pohon jati. html)
3.      Jahe (zingiber officinale rocs)Jahe merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh pada lahan dataran rendah sampai menengah (300-900 m dpl).Di Indonesia dikenal tiga tipe jahe yang didasarkan atas ukuran dan warna rimpang, yaitu jahe putih besar, jahe putih kecil dan jahe merah. Jahe putih kecil dan jahe merah sebagian besar dimanfaatkandalam industri minuman penyegar dan bahan baku indutri OT, herba terstandar maupun fitofarmaka (Bermawie et al.2006). Jahe putih besar, di Jawa Barat dikenal dengan nama umum jahe badak tapi di Sumatera disebut jahe gajah. Nama lainnya yaitu jahe ganyong dan jahe lempung di Kuningan, jahe kapur di Jawa Timur.Ukuran jahe ini jauh lebih besar dan bentuknya lebih gemuk, demikian pula aroma dan rasanya kurang tajam dibanding kedua jenis lainnya. Jahe ini banyak digunakan untuk sayur, makanan, minuman, permen dan rempah-rempahJahe putih besar mempunyai rimpang yang tumbuh bergerombol pada pangkal batangnya, berdaging dan berukuran tebal serta bercabang tidak beraturan. Ukuran panjang dan lebar rimpang jahe putih besar berkisar antara 15.83 – 32.75 cm dan 6.20 – 11.30 cm. Jahe putih kecil 6.13 – 31.70 cm dan 6.38 – 11.10 cm, sedangkan jahe merah 12.33 – 12.60 cm dan 5.26 – 10.40 cm(Rostiana  et al.1991). Berdasarkan pengamatan sitologi, kromosom jahe berjumlah 2n=22 (Ajijah et al.1997) kecuali pada species Zingiber miogaberjumlah 2n=55 (IPB ,2011)
4.      Pola Penanamana.   AgroforestryAgroforestry adalah sistem penggunaan lahan terpadu, yang memiliki aspek sosial dan ekologi, dilaksanakan melalui pengkombinasian pepohonan dengan tanaman pertanian dan/atau ternak (hewan), baik secara bersama-sama atau bergiliran, sehingga dari satu unit lahan tercapai hasil total nabati atau hewan yang optimal dalam arti berkesinambungan (Nair, 1993). Pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa sistem agroforestry bersifat lokal dan harus sesuai dengan kondisi ekologi, ekonomi dan sosial masyarakat. Penjelasan tersebut kemudian didetailkan dalam konsep interaksi dengan komponen – komponen agroforestry berupa komponen : 1) lingkungan abiotis (air, tanah, iklim, topografi, dan mineral), 2) lingkungan biotis: tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dan lain-lain) serta tumbuhan tidak berkayu (tanaman tahunan, tanaman keras, tanaman musiman dan lain-lain), binatang (ternak, burung, ikan, serangga, dan lain-lain), dan mikroorganisme serta  3) lingkungan budaya: teknologi dan informasi, alokasi sumber-sumber daya, infrastruktur dan pemukiman, permintaan dan penawaran, dan disparitas penguasaan/pemilikan lahan.Dalam pengembangan sistem agroforestry, yang paling penting adalah memilih pola penggabungan tanaman agar bentuk interaksi tanaman maupun sifat yang saling melengkapi dari suatu jenis tanaman dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.Pola penggabungan tanaman yang dapat dipilih dikelompokan menjadi dua yakni, penggabungan beberapa jenis tanaman menurut dimenasi waktu dan menurut tata ruang (Hairiah et al, 2003).Penggabungan tanaman menurut dimensi waktu yaitu cara penggabungan beberapa jenis tanaman  naman dalam suatu tempat tumbuh yang dilakukan pada awal atau akhir jangka waktu budidaya tanaman agrogrestry (pola concomitant), 3) penggabungan beberapa jenis tanaman dalam suatu tempat tumbuh yang dilakukan secara tersisip pada jangka waktu budidaya tanaman dalam sistem agrogrestry (polainterpolated), 4) penggabungan beberapa jenis tanaman dalam suatu tempat tumbuh. Teknik dilakukan dengan cara tumpang tindih bergantian antara akhir dan awal waktu masa penanaman pada jangka waktu budidaya tanaman sistem  agrogrestry (polaoverlapping)Penggabungan tanaman menurut dimensi ruang, yaitu cara penggabungan beberapa jenis tanaman pada satu tempat tumbuh berdasarkan atas pembagian ruang baik secara horizontal maupun vertical. (1) Pengabungan secara horizontal : peletakan tanaman secara horizontal pada bidang dasar. Contoh : penanaman pohon berdampingan dengan tanaman pertanian pada sistem tumpang sari, tanaman campuran pepohonan yang ditata membentuk jalur berseling, penanaman pohon dan riumput disepanjang garis kontur sehingga membentuk teras vegetative dan penanaman pepohonan dan tanaman pertanian dalam pertanaman lorong. (2) vertical berdasarkan perbedaan tinggi tajuk sehingga hasil penggabungan tanaman akan terbentuk stratifikasi tajuk tanaman dalam satu tempat tumbuh.Abdul manap dan Abood (1990) dalam Indriyanto (2008) mengemukakan bahwa jenis-jenis pohon yang dipilih sebagai komponen dalam sistem agroforestry hendaknya mampu memberikan keuntungan sebagai berikut : 1) memberikan hasil yang dapat digunakan oleh penduduk setempat, 2) memberikan diversifikasi hasil misalnya buah, biji, daun dan kayu yang bermanfaat untuk masyarakat setempat, 3) berpengaruh baik terhadap proses hidro-orologis (pengawetan tanah dan air) dan 4) mampu memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan.b.      MonokulturMenurut Harmanto (2004) Sistem penanaman monokultur merupakan sistem penanaman satu jenis tanaman dalam satu areal tanam.Salah satu kelemahan dari sestem ini ialah kesannya yang monoton. Sedangkan menurut Pramono dkk (2010), keuntungan dari pola ini adalah dengan luasan yng sama akan diperoleh volume kayu yang lebih banyak kualitas yang lebih baik dan seragam dibandingkan dengan pola penanaman campuran atau tumpangsari. Selain itu juga pengelolaannya lebih mudah karena jenis tanamannya seragam.
METODE PENELITIAN1.   Lokasi dan Waktu PelaksanaanPenelitian ini akan dilaksanakan di Hutan Tanaman jati milik dewa putu rupa  DiDesa Agenggen Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua2.      Bahan dan AlatBahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jati  tahun tanam Agustus 2006 seng plat, kertas label, dan plastik sampel. Sedangkan peralatan yang akandigunakan dalam penelitian ini adalah klinometer, meteran rol, gunting, GPS, bor tanah, kamera digital, kaliper dan peralatan tulis menulis.3.Metode PelaksanaanUntuk mengetahui penguasaan teknik silvikultur dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan Petani. Beberapa materi wawancara diantaranya : 1) Penanganan Benih jati (sumber benih, penyimpanan, dan lain-lain), 2) Teknik Pembibitan (penyediaan media, penyemaian, pemeliharaan), 3) Teknik Penanaman (jarak tanam, pembuatan lubang tanam), 4) Pemeliharaan (pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan dan penjarangan).



DAFTAR PUSTAKA
pepository.ipb.ac // bab %2011.//tinjauan pustaka_202011.
Hairiah,K, Widianto dan Sunaryo, 2002. Wanulcas, Model Simulasi Untuk Agroforestry. International Center for Research in Agroforestry. Bogor.


Pramono AA, Fauzi M.A, Windayani I, Heriansyah. I, Roshetko JM. 2010. Pengelolaan Hutan Jati Rakyat: Panduan Lapangan Untuk Petani. Bogor: Cifor.



METODE PENELITIAN KEHUTANAN( MPK)
PROPOSAL PENELITIAN
Pertumbuhan jati (tectona grandis) Pada Pola Penanaman Agroforestry dan Monokultur di Desa Agenggen Distrik Sinak Kabupaten Puncak Propinsi Papua


OLEH
OTHINUS TABUNI
NIM 1101146
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SATRIA MAKASSAR
2014